Latar Belakang
Sifat Pembelajaran dalam Psikologi harus holistik. Untuk itu pemahaman definisi dan sejarah psikologi sangatlah diperlukan. Dalam ajaran Islam dijelaskan bahwa apa kata mereka lebih penting dari pada siapa yang mengatakan
Sejarah Psikologi
1.Pertanyaan yang selalu muncul dalam benak saya adalah kenapa Wundt disebut bapak psikologi?; dan kenapa karya Experimental Wundt pada sekitar tahun 1885, kemudian diresmikan sebagai lahirnya psikologi? Kenapa sebuah eksperiment kemudian mengalahkan konsep?
2.Kenapa harus ada eksperiment? Bukankah Sultan Agung Hanyokrokusumo (sekitar abad 17-18) telah menyatakan Cipta, Rasa dan Karsa? Yang kemudian diadopsi Emmanuel Kant (1724–1804) menjadi Cognitive, Affective and Conative; atau kenapa bukan Carl Gustave Le Bon yang menulis buku ttg the Crowd (abad 18); Atau Christian Wolf (1679–1754) yang mempopulerkan istilah psikologi) karena studynya ttg mind?
Continue reading 'Wundt, Sigmund Freud dan Community Mental Health'»
Hal Utama yang Harus Diperhatikan
Memandang program secara holistik dan Jangka Panjang, khususnya yang terkait:
1. Program Pengajaran
2. Kompetensi
a. Profesi (utamakan praktek)
b. Akademik (utamakan riset skill)
Baik pada lulusan maupun pada pengajarnya
Apa yang membedakan profesi Pekerja Sosial dengan Profesi Lain?
Adanya sense of altruism
Adanya sense of social works
Adanya Tat Twam Asi
Unduh berkas: Antara Profesi Pekerja Sosial dan Psikologi di Indonesia
Prepared by:
Prof. DR. Koentjoro bin Soeparno
Visiting Professor
School of Psychology and Human Development
Faculty of Social Sciences and Humanities
University Kebangsaan Malaysia
Definisi
- Helping Behavior
Sebuah tindakan menolong yang dilakukan secara terus menerus atau berulang-ulang sehingga membentuk perilaku. Contoh: pendonor darah melakukan donor tidak hanya sekali tapi berulang-ulang.
- Prosocial Behavior
Keseluruhan aksi yang bermanfaat dan memiliki konsekuensi sosial yang positif, dilakukan seseorang terhadap masyarakat. Contoh: sumbangan amal, kerjasama, sukarelawan, intervensi ketika dalam keadaan darurat, dll.
- Altruisme
Aksi yang dilakukan oleh seseorang terhadap orang lain secara sukarela dengan maksud menolong tanpa mengharapkan keuntungan kecuali kepuasan batin karena telah melakukan perbuatan terpuji. Continue reading 'Perilaku Menolong, Prosocial dan Altruisme'»
Prepared by:
Prof. Drs. Koentjoro. MBSc. PhD
Dosen Fak. Psikologi UGM
1. Pengertian:
- Pelayanan (service) adalah bagian dari penanganan
- Penanganan (coping) adalah upaya pengatasan masalah
2. Kejelasan Bidang atau wilayah garap:
- Pelacuran (definisikan)
- Anak Jalanan(definisikan)
- Gelandangan dan Pengemis (definisikan)
3. Metode: Community Partisipatif dengan menyadarkan dan megajak masyarakat (masyarakat atau communitas dimana problem sosial berada dan bukan LSM) untuk sadar, merencanakan, melakukan dan mengevaluasi aksi atau kegiatan yang mereka lakukan secara menyeluruh dalam satu sistem. Continue reading 'Draft Standard Pelayanan Minimal Bidang Kesejahteraan Sosial Dinas Sosial Propinsi Jawa Tengah'»
Oleh:
Prof. DR. Koentjoro bin Soeparno
Professor Pelawat Pusat Pengajian Psikologi dan Pembangunan Manusia,
Universiti Kebangsaan Malaysia
Beben Rubianto, S.IP
(Anggota Forum Komunikasi Tafsir Hadis Indonesia)
A. Pengantar
Bom yang meledak di Sharm el Sheik, Mesir, konon merupakan perbuatan salah satu jaringan Al-Qaeda, namun indikasi ini perlu dikaji kebenarannya. Yang pasti pelaku peledakan bom di area wisata laut merah maupun ledakan-ledakan bom lainnya, akan mendapat tanggapan dan sebutan yang bermacam-macam dari masyarakat, diantaranya: Radikal, Militan, dan Teroris. Yang menarik bahwa, sebutan-sebutan seperti ini apalagi dikaitkan dengan peledakan bom cenderung ditujukan kepada kelompok-kelompok bernuansa Islam. Artinya, sebutan radikal, militan, dan teroris dianggap memiliki daya tarik bila dikaitkan dengan sentimen keagamaan daripada dengan ideologi, politik, budaya, hankam, dll, serta cenderung menyamakan radikal, militan, dan teroris dengan konotasi negatif. Benarkah demikian? Continue reading 'Radikalisme Islam dan Perilaku Orang Kalah dalam Perspektif Psikologi Sosial'»
Oleh:
Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph. S., Psikolog
Dosen Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada
Dunia ini panggung sandiwara demikian sepotong lyric karya Ian Antono yang dinyanyikan Achmad Albar, kalau diamati dan dicermati dengan menggunakan salah satu teori dalam psikologi yaitu teori peran, maka di dalam peran akan dijumpai apa yang disebut sebagai role expectation. Yaitu dengan menggunakan seperangkat ukuran orang berharap agar seseorang berperilaku tertentu sesuai dengan perannya. Menurut saya role expectation yang berlebihan adalah sumber masalah utama yang terkait dengan interaksi antar manusia. Karenanya sudah saatnya role expectation ini sekarang ditingkatkan, dari bukan sekadar expected someone to do something menjadi understanding kenapa seseorang berbuat itu dan bukan yang ini? Karena kita terbiasa dengan perhitungan statistik yang menghitung dari rerata, terkadang kita juga lupa bahwa dalam psikologi dikenal adanya individual defferences. Dimana semua orang dianggap sama dengan diri kita atau standard yang kita buat. Continue reading 'Psikologi Untuk Perdamaian*)'»
Oleh:
Prof. Drs. Koentjoro, MBSc. PhD. Psikolog
Ketua Bagian Psikologi Sosial
Fakultas Psikologi
Universitas Gadjah Mada
Yogyakarta
koen_soeparno@yahoo.com.au
mobile: 0811259291
Pengantar
Masalah perilaku seks adalah masalah yang masuk pada wilayah privat-normatif yang selalu enak dibicarakan namun sangat sulit diteliti. Karena disamping sifatnya pemenuhan kebutuhan privat, ia juga normatif. Sifat normatif perilaku seks adalah perilaku yang terkait dengan masalah agama dan kelumrahan sosial budaya. Seorang mahasiswi semester 8 ditanya perihal ciuman ia akan cenderung menjawab pernah ciuman, meski ia belum pernah sama sekali dicium pacarnya atau bahkan belum pernah punya pacar. Kenapa mengaku terjadi perilaku itu? Karena kelumrahan sosial budaya dan agama. Sebaliknya seseorang yang telah sering melakukan hubungan seks ketika pacara, ia akan menjawab pada tingkat ciuman saja. Karena tingkatan perilaku itu masih diterima masyarakat. Continue reading 'Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Seksual Manusia Indonesia Masa Kini'»
Oleh:
Prof. Dr. Koentjoro Soeparno
PPPPM-FSSK-UKM
Abstract
Mersing adalah wilayah potensial yang boleh dikembangkan pada sektor pelancongan. Ada beberapa historical capital yang merupakan heritage Mersing, yaitu di Mersing pernah berlangsung the first steamboat sekaligus wilayah laluan pantai timur semenanjung yang menghubungkan Thailand, Kamboja, China dll dengan Singapore. Namun Heritage itu telah tiada.
Menjadikan Mersing sebagai wilayah pelancongan bukan hal mudah. Melalui internet boleh kita layari laman Mersing ini. Pembangunan dan perubahan sosial pun telah terjadi di Mersing. Ada positive dan juga negative impact dari pembangunan tourism Mengingat sektor pelancongan sulit terlepas dari persoalan Sun, Sand and Sex, Pengembangan pelancongan di negara muslim seperti Malaysia ini perlu perancangan komunitas yang matang..Hal ini penting sebab dari gejala yang ada tampak bahwa pembangunan masih top down dan kurang melibatkan akar umbi.
Key words: historical capital, heritage, pembangunan, perubahan social
community participation
Unduh berkas: Pembangunan dan Perubahan_Sosial Kawasan Mersing
Oleh:
Prof. DR. Koentjoro, bin Soeparno
Professor Pelawat pada Pusat Pengajian Psikologi dan Pembangunan Manusia
University Kebangsaan Malaysia
A. Pengantar
Banyak pakar dan pengambil kebijakan yang hingga saat ini masih percaya pada asumsi bahwa pelacuran terjadi sebagai akibat kemiskinan. Menurut saya munculnya asumsi yang salah itu sebagai akibat dari penelitian periferi dan pergumulan asumsi, yang kemudian muncul sebagai sebuah asumsi yang salah dan dipercaya oleh banyak orang. Bullough and Bullough (1996) menyatakan bahwa banyak pakar mendiskusikan masalah kosong tentang pelacuran; berangkat dari asumsinya kemudian terjadi polemik, muncul hipotesis; namun kesemuanya itu kosong dan tidak sesuai dengan kenyataan. Bullough and Bullough (1996) menyarankan bahwa untuk memahami pelacuran diperlukan penelitian yang sangat mendalam karena kompleksitas masalahnya. Continue reading 'Pelacuran Sebuah Problema Sosial Multi Perspektif'»
Oleh:
Prof. Drs. Koentjoro, MBSc., Ph.D. Psikolog
Unit Pencegahan Penyalahgunaan Narkoba
Universitas Gadjah Mada
(UP2N-UGM)
Kebiasaan nyandu, madat atau yang lain tidak hanya dilakukan oleh orang pada zaman sekarang, akan tetapi kebiasaan ini telah dilakukan sejak zaman dahulu khususnya pada masa penjajahan Belanda. Hal ini tampak pada beberapa orang yang telah mengenal kebiasaan ini dengan istilah nyeret atau nyandu (barangkali karena mereka menggunakan candu yang sifarnya sangat menyandu). Sehingga tidaklah aneh apabila dalam ajaran Jawa ada larangan atau pantangan untuk tidak melakukan “Mo Limo” (larangan atau pantangan untuk tidak melakukan 5 M), yang salah satunya adalah Madat atau nyeret ini.
Dahulu tujuan nyeret juga dilakukan untuk tidak hanya untuk sekedar menahan kantuk, sebagai contoh seorang dalang yang akan melakukan pertunjukan wayang semalam suntuh; namun bagi kelompok masyarakat lain juga menjadi bagian dari katarsis (melarikan diri dari masalah), rekreasi atau lifestyle. Sebuah sumber yang terpercaya menjelaskan bahwa pada jaman dahulu ada tempat khusus yang disediakan oleh partikelir atau masyarakat umum yang digunakan sebagai tempat untuk menikmati candu, mungkin sama seperti shop gallery yang terjadi di Belanda saat ini. Di dalam tempat itu orang bisa membeli candu dan menikmati ditempat itu pula. Pada tempat persewaan disediakan tempat tidur (amben), bedudan dan juga air minum teh dengan teko endhog dan gula batu. Mereka bermalas-malan sambil menikmati candu yang konon kabarnya saat itu banyak berasal dari daratan Cina. Continue reading 'Nyeret Sebuah kebiasaan Pemakaian Narkoba pada Masyarakat Jawa & Tionghwa Tempo Doeloe (Sejarah Penggunaan Narkoba di Indonesia)'»